Rabu, Maret 11, 2009

cinta tanpa batas

Love you forever

“Tak...tak...tak...”Langkah kakiku terdengar berisik saat ku berlari menyusuri koridor sekolah,satu demi satu kelas kulewati,dan tak jarang kutemui mata-mata dengan penuh selidik menatap ke arah ku,dua menit aku berlari menyusuri koridor sekolah menuju ruang kelas tempat aku akan melaksanakan Try out UN,sebenarnya hari ini hari minggu,harusnya kebanyakan siswa sepertiku masih setia dengan piyama dan pulau kapuknya pada jam-jam begini,tapi hari ini lain,kebetulan sekolah ku mengadakan try out guna mempersiapkan siswa-siswi kelas 3 menghadapi UN yang tinggal menghitung hari,setibanya di ruang tempatku ujian,aku pun bergegas menuju tempat duduk ku.
“fiuhh,,,”helaku setelah menghempaskan tubuhku ke kursi
“eh Na,begadang lo”tanya rivi yang duduk dibelakangku
“hmm....lo telpon-telponan ama pipi ya??”tanya rivi lagi,kali ini dengan melemparkan gumpalan kertas ke kepala ku.
“aduh....”teriakku
“yang telpon-telponan tu siapa?ngarang deh,”jawabku dengan setengah berteriak
“terus ngapain,koq ampe telat gini”
“justru gw nungguin telpon Digo,makanya gw begadang”
“lho,...!!!kenapa dia gak nelpon loe”
“karena loe berisik”jawab ku asal
“ih...gw seriuz REDINA AZALWA”
“yee....mana gw tau,klo gw tau kenapa dia gak nelpon,ngapain juga gw begadang”

Teeet.....Teeeet.....

Pembicaraan dengan rivi pun terhenti ketika bel masuk berbunyi,try out pun dimulai,ya aku nyaris terlambat hari ini bukan tanpa sebab,keterlambatanku dikarenakan semalaman aku menunggu telpon dari seseorang yang belum sampai satu mingu ini jadi pacarku,namanya Digo, sebenarnya proses pacaran kami bisa dibilang cukup aneh,bayangin aja sampe detik ini pun aku belum pernah bertemu secara langsung dengan Digo,aku mengenal Digo dari chatting setahun lalu dan dua minggu yang lalu tanpa sengaja dan entah bagaimana ceritanya aku dan Digo bisa saling smsan,padahal waktu chatting setahun lalu,kami tidak pernah bertukar nomor HP,kami hanya sempat bertukar alamat friendster,dan lagi Digo juga tinggal di kota lain,butuh waktu tiga jam dari kota ku menuju kota tempat Digo berada,tapi mungkin itulah yang disebut jodoh,
“agh....akhirnya selesai juga” kata Rivi dengan suara mencontoh pada sebuah acara televisi
“balik yuk”ajak ku kemudian
“eits..loe belum cerita tentang Digo”kata Rivi sambil memegang pundakku.
“cerita apa,kan udah gw kasih tw tadi”
“yang konkrit dunk neng,biar lebih jelas”
“konkrit...konkrit...makan tu konkrit”
“ayo donk Na cerita,jangan bikin penasaran kenapa sich”rengek Rivi
“ok,..tadi malem gw gak telpon-telponan ma Digo,gak tw dech napa dia gak nelpon gw”
“hmm.....aneh juga ya,,gimana kalo loe telpon aja”
“malez ah”
“udah telpon aja”kata Rivi sembari mengambil ponsel ku dengan paksa,akhirnya aku mengikuti saran Rivi,untuk beberapa saat kudengar suara vokalis ungu bersenandung dengan merdunya ”kuingin kau tau diriku disini menanti dirimu...” hingga telpon pun diangkat
“hallo...”suara di sebrang sana terdengar berat
“hallo pi lagi dimana,udah siang nech,kok kedengarannya masih ngantuk”tanyaku sembari mencubit lengan Rivi yang mulai ingin menguping
“pi lagi di rumah sakit,tadi malem kecelakaaan”
“apaaaa....”suaraku meninggi,
”pi jangan bohong ntar kalo beneran gimana?”tanyaku dengan setengah membentak
“serius,ngapain bohong”jawabnya datar
Aku pun menyudahi telpon itu dengan menyuruh Digo untuk beristirahat,awalnya ku pikir Digo hanya main-main,jadi apapun yang barusan ia katakan tak begitu kupedulikan,tapi belakangan omongan Digo memang terbukti,itu kuketahui setelah aku menelpon ibunya Digo.
***


Malam ini tak kulihat indah nya bintang seperti biasanya,bulan pun tampaknya masih malu-malu untuk menampakkan wajahnya,aku pun terduduk di beranda rumah sembari menggenggam nokia bututku,pikiranku melayang memikirkan kondisi Digo,seharian ini aku benar-benar gelisah ,aku benar-benar tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Digo,setiap kali ku coba untuk menghubungi Digo selalu saja telepon itu disambut oleh orang-orang yang tak kukenal,terakhir saat kuhubungi yang menjawab adalah seorang pria,yang dari suara dan cara bicaranya kukira adalah ayah Digo,Beliau mengabarkan kalau Digo sempat koma dan terbaring di ICU,tapi sekarang kondisinya mulai membaik,dan akan segera dipindahkan ke ruangan lain,ada rasa yang begitu pilu saat kudengar kabar itu,walaupun aku tau setidaknya Digo telah melewati masa kritisnya,tapi kenapa hingga detik ini Digo belum juga mengabari ku.
“apa dia amnesia??”batinku kemudian
Entahlah apa yang terjadi,aku benar-benar tak mengerti,hingga malam semakin larut,dan sang surya mulai kemalu-maluan menggantikan rembulan aku belum juga mngetahui keadaan Digo sebenarnya.
“gimana Na,,udah ada kabar??”tanya Aya saat jam istirahat,aku hanya menggeleng lemah,Aya lalu memelukku,aku hanya terdiam dalam pelukan Aya,aku sadar situasi pacaran yang seperti ini tidak menguntungkan bagiku,disaat aku ingin tau bagaimana keadaan orang yang aku cintai,aku hanya bisa berharap tanpa tau apa yang harus aku lakukan,akhirnya aku tak mampu lagi menahan bulir-bulir hangat itu,dan tanpa ku sadari aku menangis dalam diamku,Aya tetap dalam posisi yang sama,aku yakin sahabatku sangat mengerti apa yang aku rasakan,pedih...perih....dan terluka,bukan karena Digo tak memberi kabar,tapi karena aku tak mampu melakukan banyak hal untuk Digo.
“masalah Digo.......?”tanya Sherla yang muncul tiba-tiba,dan dengan serta-merta Sherla menyeka air mataku,dan sekali lagi aku hanya mengangguk lemah
“coba sms aja”saran Sherla kemudian
“tapi........”
“dicoba dulu na”potong Tami,yang kali ini kulihat lebih serius,ku paksakan mengetik pesan singkat untuk Digo,tanpa basa-basi aku langsung mengatakan bahwa sehabis ujian nasional nanti aku akan mengunjungi Digo.Aku bingung dengan perasaanku,aku tak pernah merasakan rasa yang begitu dalam seperti saat ini,aku sangat dan teramat menyayangi Digo,ini bukan kali pertama aku jatuh cinta,tapi ntah mengapa perasaan ini begitu lain,aku masih belum percaya bahwa aku masih bisa jatuh cinta,setelah pacaran dengan Deki 3 bulan lalu,aku begitu muak dengan kaum adam ini.Betapa terkejutnya aku ketika menerima balasan dari Digo,ia melarangku untuk mengunjunginya,”ada apa ini”batinkudengan tatapan tajam menatapi handphone ku,ini sesuatu yang diluar dugaan,baru tiga hari yang lalu Digo begitu bersemangat ketika aku ingin sekali datang ke kota tempat tinggalnya,tapi kali ini ia malah melarangku dengan alasan tidak ingin merepotkan orang lain,apakah sekarang aku hanya orang lain,secepat itukah perasaannya berubah padaku,atau memang aku yang terlalu cepat menerima Digo dalam hidupku,aku masih benar-benar tak percaya,aku menatap ketiga sahabatku dengan tatapan kosong,aku tak mampu lagi berkata-kata.
“kenapa Na,dia balas apa”tanya Tami lagi,aku lalu menyerahkan hp ku pada Tami,aku pikir Tami dan dan sahabatku yang lain akan marah dengan jawaban Digo tapi ternyata aku salah,mereka malah tampaknya lebih membela Digo.
“mungkin Digo butuh istirahat Na”jelas Rivi
“biarkan dia memulihkan kondisinya terlebih dahulu”sambung Sherla
“eh atau jangan kecelakaan Digo itu fatal”lanjut Tami
“maksudnya”tanyaku
“ya mungkin aja dia gak mau ketemu ama loe karena Digo.....”Tami diam sejenak
“Digo kenapa”tanyaku setengah berteriak
Tami tetap diam
“Digo kenapa mi”sambung Aya kemudian
“cacat”jawab Tami dengan volume serendah mungkin
“Tamiiiii...............”teriak Sherla dan Rivi berbarengan,Tami hanya mengangkat kedua jari tangan kanannya pertanda damai,aku memilih menjauh,dan mulai mencerna omongan Tami barusan,apa yang diucapkannya memang bisa saja terjadi,mungkin itu salah satu alasan kenapa Digo tak mau menemuiku.Aku berlari menuju kelasku,kebetulan aku dan ketiga sahabatku tidak satu kelas,sekali lagi kebingungan yang sedari awal memang telah lahir dan takkan mati sebelum aku benar-benar tau keadaan Digo,menghampiriku.
Hari ini tepat seminggu aku dan Digo membuat suatu ikatan dan hari ini pula aku ingin memperjelas hubungan ku dengan Digo,sudah tiga hari aku hanya menunggu dan menunggu kabar tentang Digo,tapi sepertinya Tuhan punya cerita lain dibalik kejadian ini,aku ingin melupakan Digo,aku ingin melupakan kisah indah ini,walaupun jika aku boleh jujur sampai detik ini aku masih teramat mencintai Digo,tapi aku tak ingin membuat Digo semakin tersiksa dengan kehadiranku,jika menjauh darinya adalah hal terbaik untuk saat ini,maka aku akan melakukannya,kulihat burung melayang-layang di udara,bergerak dengan lincahnya,tanpa ada sesuatu yang menjadi bebannya,dan itulah yang akan aku lakukan,sejenak melupakan Digo,dan mulai memikirkan masa depanku yang masih panjang.
“Na,tunggu donk”kata Rivi sambil berlari-lari kecil menghampiriku,aku pun hanya tersenyum dan kembali berjalan
“ehm........pasti Digo sudah ngasih kabar ya?”tebak Rivi,dan aku hanya menggeleng
“lalu.......”
“gw udah ambil keputusan”jawabku singkat,sembari menghentikan langkahku.
“apa?”tanya Rivi datar
“bagi gw cinta itu lahir dari sebuah keikhlasan,keikhlasan menerima apapun yang ada pada pasangan kita,,....aku mencintai Digo,mencintai hatinya,mencintai perhatiannya,dan semua yang ada pada dirinya,,,bukan hanya fisiknya saja,dan apapun yang terjadi padanya aku akan selalu mencintainya,dan biarlah cinta itu aku simpan dalam hatiku,dalam ruang yang terindah”jawabku dengan mantap disertai senyuman.
“artinya apa tuh”tanya Rivi lagi
“ah lemot nich,artinya aku akan selalu mencintai Digo whenever,wherever,n forever”jawabku mantap.Rivi pun mengangguk dan sejurus kemudian memelukku,begitu lah hingga kini aku tak memang tak pernah tau apa yang terjadi pada Digo dan aku memang tak pernah ingin tau,dan benar seperti apa yang orang katakan bahwa cinta memang tak harus memiliki.








By:harlis febriana
^_^

2 komentar:

  1. wuih...keren banget sih...
    mampir ke blogku ya...

    BalasHapus
  2. mantap gan..
    salam kenal dan silahturahmi..
    jngn lupa mampir n komentar juga di blog ana ya..
    http://kumpulantipshebat.blogspot.com/

    BalasHapus